𝑻𝒂𝒓𝒊 𝑹𝒆𝒎𝒐, 𝑻𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏 𝑷𝒆𝒎𝒃𝒖𝒌𝒂 𝑲𝒆𝒔𝒆𝒏𝒊𝒂𝒏 𝑳𝒖𝒅𝒓𝒖𝒌


 Tari Remo adalah salah satu tarian untuk penyambutan tamu yang berasal dari Jombang, Provinsi Jawa Timur. Tarian ini diciptakan oleh seniman Jombang yang dikenal dengan nama Cak Mo yang pernah menjadi Gemblak dari sebuah Grup Reog di Ponorogo. karena kemarau yang panjang membuat cak Mo mencari pemasukan dari sumber lainnya, bermodalkan keahlian menari, cak mo dengan pakaian ala Jathilan tanpa anyaman bambu berkeliling dari desa ke desa menarikan tarian diiringi musik sepasang kenong yang ditabuh Istrinya.[1][2]

 Cak Mo mengadopsi gerakan Jathilan, warok dan Tayub serta menyanyikan kidung tembang, parikan sehingga disukai penonton, kemudian cak Mo beserta Istri diundang ke Surabaya untuk bergabung tim kesenian Ludruk sebagai pembuka. karena tariannnya mirip yang ada pada Reog Ponorogo, maka orang-orang lebih mengenal dengan tarian Reyoge Cak Mo disingkat Remo

Menurut sejarahnya, Tari Remo merupakan tari yang khusus dibawakan oleh penari laki – laki. Ini berkaitan dengan lakon yang dibawakan dalam tarian ini. Pertunjukan Tari Remo umumnya menampilkan kisah pangeran yang berjuang dalam sebuah medan pertempuran. Sehingga sisi kemaskulinan penari sangat dibutuhkan dalam menampilkan tarian ini.  Karena tari ini merupakan tari yang menceritakan tentang perjuangan seorang pangeran, maka tentu tidak heran apabila gerakan-gerakan dari tari ini terkesan tegas, kuat serta maskulin. Secara umum, gerakan dari tari ini mengandalkan gerak tari yang dinamis, terutama dengan tambahan aksesoris lonceng yang ditaruh pada bagian kaki penari, dengan tambahan lonceng tersebut kaki penari akan semakin terlihat atraktif seiring dengan tabuhan musik gamelan sebagai penggantinya.

 Selain gerakan gedrug, gerakan gendewa pada tari ini juga memiliki makna bahwa setiap pergerakan manusia, yang sangat cepat seperti anak panah yang lepas dari busurnya. Ada pula makna dari gerakan tepisan yang mengandalkan kecekatan serta kecepatan tangan ketika bergerak. Ada pula gerakan tarian menggesekan kedua telapak tangan yang memiliki makna sebagai suatu simbol penyatuan kekuatan yang ada dalam diri seorang manusia dan Ngore Remo yaitu gerakan yang seperti merias diri, terutama pada bagian rambut.
 
 
 
 
 


𝓣𝓪𝓻𝓲 𝓟𝓮𝓶𝓫𝓾𝓴𝓪 𝓛𝓾𝓭𝓻𝓾𝓴

Setelah cukup terkenal dan banyak disukai oleh para penonton, pencipta tari remo yaitu Cak Mo kemudian diundang untuk mementaskan tari remo sebagai penari pembuka untuk pertunjukan ludruk. Kemudian setelah itu, tari ini pun menjadi tari pembuka dalam pertunjukan ludruk. Ludruk merupakan hiburan rakyat pada masa itu dan sangat digemari. Namun seiring dengan perkembangannya, tari remo yang mulanya hanyalah pembuka justru menjadi lebih populer dibandingkan ludruk sebagai acara utama.


 



𝓣𝓪𝓽𝓪 𝓑𝓾𝓼𝓪𝓷𝓪

Pakaian yang dikenakan oleh para penari remo sangay pada umumnya sangat beragam dan bergantung dari daerahnya. Contohnya seperti kostum tari  daya Surabaya, Sawunggaling, Jombangan atau Malangan.

Meskipun sangat beragam dan berbeda, akan tetapi seluruh pakaian dari penari tari ini memiliki beberapa persamaan, yaitu para penari menggunakan ikat kepala yang berwarna merah, celana setinggi lutut, baju lengan panjang, kain batik dengan corak pesisiran, selendang di bahu, kain setagen yang digunakan pada pinggang dan gelang kaki berlonceng.

Sedangkan kostum para penari remo perempuan memiliki sedikit perbedaan, yaitu pada rambutnya yang disanggul dengan rapi, menggunakan mekak berwarna hitam yang berfungsi sebagai penutup dada, rapak yang digunakan pada bagian pinggang hingga lutut dan selendang yang dikenakan pada bagian bahu.

https://www.gramedia.com/literasi/tari-remo/?srsltid=AfmBOopM57rBWOIXuEyGDQM4T6JbeirXDPSLlzugh4CE9pcRAkdoSesA#3_Busana_atau_Kostum_Tari_Remo


Komentar